Selasa, 16 November 2010

JANJI DI SATU PAGI

Apa yang kau risaukan, sayang ??
Hatiku bentangan sayap tuk membawamu terbang.
Sungguh, tak perlu menabur galau..
Meski kadang Tuhan menjawab doa dengan sengau.
Kulingkarkan janji di jari manismu pagi ini.
Bersaksi embun pada ujung rerumputan teki.
Bahwa aku akan menopang lelapmu..
Menadah tangismu..
Memeluk sepimu yang beku.
Menggandengmu berjalan menyongsong tua.
Meski bilangan kita tak selamanya dua..
Tataplah mataku, sayang..
Yah, seucap janji ini mungkin kan usang.
Tapi, diujung usia cinta bertumbuh sayap melayang.
Menggantung di langit-langit surga bak gemintang.
Kau dan aku, kita lebur jadi satu tubuh berbayang.

CINTA

Cinta..
Sebuah rasa utuh menghijab.
Akibat tak bersebab..
Desah jiwa risau dalam bekap.
Sepercik Letupan tanpa sulut..
Tak mati meski ditikam maut..
Menyesap biru samudera..
Menghijaukan semesta..
Memerahkan langit..
Memberi nada untuk setiap jerit..
Sececap manis bagai lengkung bulan sabit.
Ijinkan aku menjadi salah satu diantaranya..
Kujanjikan kau selamanya..
Kekasihku, aku mencintaimu senyatanya.

Minggu, 14 November 2010

2 minggu saja

By : Dian Aliffia

Malam ini aku msh terjaga...
Pikiran melayang pd satu titik dsana...
Di tempat yg jauh tak terhingga...
Segenap bayangmu yg kmrn menyapa
Meskipun skrg sirna....
Aku tak mengerti mengapa kau ada...
Apakah hanya utk menggenapi kesalahanku saja...
Atau hanya penghibur sejenak saja...
Hadirmu yg tak pernah kusadari sblmnya...
Kuabaikan begitu saja...
Tak juga membuatmu jera...
2 minggu saja...
Terlalu singkat rasanya...
Namun cukup membuat mataku terbuka...
Dan menyadari bahwa kau ada...
Menyadari bahwa sebagian dr mu memang ada...
2 minggu berlalu begitu saja...
Aku ingin berjumpa dg mu skrg juga...
Namun...hatimu kini penuh dg lara...
Maafkan aku ya...
dan terima kasih kau sisihkan sebagian wktumu walaupun kau pergi lagi sejenak setelah ku mulai menyadarinya....
Terima kasih....sudah ada utk ku sekian lama...
Walaupun 2 minggu saja wktu dg mu yg kusadari ternyata benar2 berharga...

Selasa, 09 November 2010

SORE YANG KOSONG

Ada lelah yang merebah pasrah..
Ada tangis yang menggores bengis..
Ada pedih yang memburai rintih...
Seangkuh itukah kehidupan... ?
Sedang jiwa dan mimpi dicuri hedon metropolitan
Kudengar vibrasi ironi merayap..
Gitar seorang pria tua menebar harap..
Alunan melodi sederhana tentang derita yang kerap

Gelimpanglah hati tak bernurani..
Kemarin kau berpaling, hari ini kau bergeming..
Esok kau menodai, lusa kau meludahi...
" Apa yang kau cari anak muda ? ", tanyanya..
Tatapan kosong meraba asa tak bernyawa..
" Aku mencari percik di perigi kerontang ", jawabku..
Aku dan dia lebur didalam suatu sore yang kelabu..

Kami terpekur hening, melagukan sedih yg berdenging
Jemarinya kembali mencabik senar renta..
Gerimis menabur rinai, deras kan mendera..
Tapi, kami tak beranjak..kemana lagi menapak jejak ?.
Disinilah rumah kami, disalah satu sudut imaji..
Jauh dari riuh yang sepi, enyah dari hidup yang mati..

Jumat, 22 Oktober 2010

SEJENGKAL PELANGI

Terpejamlah, sayangku...
Kulukis pelangi di kosong pikirmu..
Merah,Jingga,Kuning,Hijau,Biru,Nila dan Ungu..
Mana warna yang kau suka ?
Kan kugores lebih terang dari lainnya..
Lihatlah, sayangku..
Pelangi melingkar setengah euklid..
Indah tak terperi meski sekelumit..
Sejengkal menjejak surga..
Malaikat terpana, sayapnya jatuh di tanah..
Takluklah, itu tujuh garis warna oleh jemari cinta
Tersenyumlah, sayangku..
Pelangimu kekal walau jiwa raga tak lagi satu
Meski jasadku tertimbun tanah beku..
Atau hati dirasuki jemu..
Simpan baik-baik dalam ingatanmu..
Sejengkal pelangi yang kuguratkan untukmu..

Selasa, 19 Oktober 2010

SELEMBAR RINDU

Kusobek selembar catatan hati..
Huruf-huruf terkapar mati..
Tak berima dan tanpa bait..
Rindu...Hanya itu yang terbaca
Bak Setetes air di belangga tua..
Cinta pernah luber bagai bandang..
Ingatanku membayang..
Dulu, bukan kini..
Waktu membunuh detik demi abadi
Jangan tanya bagaimana mengeja rindu..
Diam sajalah bila kita bertemu..
Kusimpan selembar itu untuk kau resapi..
Temui aku di taman kota suatu hari..
Bawakan seikat kisah yang kulewatkan..
Tentang uban, sendi berdecit dan keriput berserakan
Hingga saat itu tiba..
Biarlah selembar rindu meragi rasa..

PESAN UNTUK IBU

Biarkan aku mati muda, Ibu..
Jiwaku lesat menuju yang tak lagi semu..
Mimpi ... pernahkah kau mengajarkanku ??
Saat aku masih mengulum jari atau meringkuk di pelukmu..
Lalu apa itu takdir ??
Menunggu ajal memotong urat nadir ?
Ataukah serangkaian nasib sial bila aku menjadi kafir..
Hidup tak lebih dari teka-teki yang semua kepingnya adalah akhir
Aku malu pada hujan yang hilang di resapan belukar..
Juga pada lebah jantan yang tak berumur lama..
Apakah kau akan bersedih hati, Ibu ?
Bila aku mati di hari matahari terlampau terik..
Atau kala malam teramat hening tanpa sorak jangkrik..
Berjanjilah untuk tidak menitikkan sebulir airmatapun, Ibu..
Kematian bisa saja indah..
Bagai taman rahasia dibalik imajinasi seorang bocah..

Ini pesan yang akan kau temukan diantara lipatan buku harianku
Kuharap kau membacanya dengan hati teguh, Ibu..

Jumat, 15 Oktober 2010

DUKA TEMANKU

Sesosok gadis tersedu dibalik kelambu..
Airmata mewarnai haru dalam biru..
Kesedihan apa gerangan, temanku ?
"Bapakku mati siang tadi",tuturmu
Kata tercekat, menggantung di ujung lidah..
Pedih teramat, Sendiku melemah..
Marah !!, pada Tuhan ku bersumpah serapah
Tapi, sang Maha kuasa itu tersenyum ramah..
Didalam jelaga kau tenggelam, temanku
Hitam sekujur tubuhmu, setinggi dagu..
Ini...Kupinjamkan jiwaku..pakailah sesukamu..
Dunia tahu aku liar..
Sedih kusoraikan bingar..
Untukmu, menarilah sesaat..
Letakkan deritamu, kita ayun kaki pada hitungan keempat..

Selasa, 12 Oktober 2010

DIA

Kupanggil kamu "Dia"..
Seucap nama tertambat di pangkal kerongkongan...
Suara bersembunyi dihembus napas...
Hhh...desahku...
Aku tersesat setiap kali mengeja adamu..
Bagai hitam yang mengaku kelabu..

Kupanggil kamu "Dia"..
Memujamu dalam tiada..
Kata-kata berlumur dusta..
Telahkah kau resap ??
Rasa terkadang tak pantas diucap..
Bagai mata terpana mengerjap..

Senin, 11 Oktober 2010

SINISME PELACUR

Aku menggeliat di balik dinding kaca
Sapuan bedak dan gincu merajam wajah
Lihat ke sisi kirimu !!!
Tubuh ranumku tak jengah kau sentuh..
Apa yang kau tunggu,Tuan ??
Kibaskan beberapa lembar rupiah..
Kan kuberi kau surga di lembah yang basah
Selangkangan itu mani-mani tak bernama bermuara..
Lacur..kulacurkan hidup-matiku..
Tuhan, dengan seribu ayat mengutukku..
Aku pendosa, lidahku jilatan api neraka..
Tapi anda, Tuan...
Dibalik kemeja dan katamu yang sopan..
Kau lebih dari jalang rendahan...
Terlahir oleh rahim setan..

GERIMIS SENDIRI

Malam beranjak tua..
Gerimis merintik tak permisi..
Terceraikan oleh awan..
Dia sendiri..bulir airmata yang diseka bumi
Aku terbaring mendengar harmoni tik-tik-tik..
Ada yang basah, tapi bukan hatiku..
Gerimis menitik tanah,jangkrik diam berderik
Ada yang gersang, yah itu jiwaku..
Kerontang..bagai bibir berciuman tanpa hasrat..
Aku menyepi, gerimis sendiri..kami berpapasan tak saling melihat..

Minggu, 10 Oktober 2010

KUPU-KUPU DI JENDELA

Semburat warna berpola unik..
Tubuh mungil bersayap apik..
Terbang rendah dengan kepakan lentik.
Kupu-kupu cantik, aku tertarik..
Kenapa terjebak di kamar pengap ??
Seruang sempit dimana nista meluap..
Pasti kau salah hinggap ...
Ataukah kau jelmaan malaikat yang kan mendekap ?
Tidak ada yang tersisa disini kupu-kupu kecil.
Hanya asa tercecer di lantai dekil..
Lihatlah keluar jendela..
Rupa-rupa kehidupan berbalut cinta..
Pergilah kupu-kupu..
Untuk apa kau disini berteman aku memangku sendu

Sabtu, 09 Oktober 2010

AKU DAN SECANGKIR TEH..

Aku dan secangkir teh..
Kami berbagi rahasia dalam bisu..
Ketika senja membelai langit biru tua..
Aku merinduimu .. masih..
Kusibak daun teh yang terkulai di dasar cangkir..
Tapi kamu tak terselip diantaranya..
Aroma melati merasuk..begitu masuk membuai jiwa..
Bibirku mengecap bibir cangkir teh..
Lancang bisikkan perih tersembunyi..
Berbaurlah pahit dalam manis...
Senja tak peduli..dia hanya seorang pesolek..
Tetap akan merona meski hatiku tergolek..

Aku dan secangkir teh..
Kami akur... berdua melebur kisah cinta yang tak sempurna
Ah,tidak. Cintaku sempurna, pengkhianatanmu sempurna..
Cela itu kenangan berserak, lagu rindupun terdengar serak..
Sudahlah...
Secangkir teh ini telah bersetia menadah segenap pilu..
Kami berjanji akan menatap senja lagi esok sore..
Saat langit menyobek biru memajang abu-abu..